Service Operation
Service
Operation merupakan sebuah fase siklus hidup manajemen layanan
Teknologi Informasi yang bertanggung jawab untuk kegiatan bisnis seperti biasa.
Jika layanan tidak dimanfaatkan atau tidak disampaikan secara efisien dan
efektif, maka tidak akan memberikan nilai penuh, terlepas dari seberapa baik
layanan dirancang. Ini merupakan operasi layanan yang bertanggung jawab untuk
memanfaatkan proses untuk memberikan layanan kepada pengguna dan
pelanggan.
Service Operation
adalah layanan harian terhadap kebutuhan IT dari para pelanggan. Contoh
kebutuhan IT yang tiap hari ada contohnya:
1. Kebutuhan
akan peralatan, misalnya: printer, scanner, laptop dll
2. Kebutuhan
akan layanan jaringan, misalnya: akses internet menggunakan kabel, akses
internet menggunakan wifi
3. Kebutuhan
aplikasi, misalnya: reset password, bug aplikasi dll
Dan kebutuhan tersebut para pelanggan harus terpenuhi (sesuai dengan SLA yang sudah dibangun) agar objektif bisnis dari sebuah organisasi dapat tercapai. Tercapainya objektif bisnis tersebut adalah tujuan dari pelaksanaan Service Operation, disamping tujuan lainnya adalah membuat efektif hubungan antara proses didalam Service Operation (service request, event, incident dan problem management).
Prinsip &
Fungsi
Pada prinsipnya
ada lima proses dan empat fungsi yang harus diperhatikan dan dikerjakan secara
sungguh-sungguh oleh organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional layanan
teknologi informasinya. Kelima proses yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Event Management
Menggambarkan satuan terkecil dari suatu layanan kebutuhan
perusahaan terhadap teknologi informasi. Apakah sifatnya ad-hoc/project atau
rutin, harus ada pengelolaan “event” yang membutuhkan layanan teknologi
informasi ini dengan baik, agar bisa memenuhi kebutuhan pengguna.
2. Incident Management
Proses yang berkaitan dengan tata cara penanganan insiden
yang dapat terjadi di tengahtengah operasional bisnis perusahaan. Insiden harus
dapat dicegah dan ditangani dengan baik, agar tidak membawa risiko kerusakan
yang tidak diinginkan perusahaan.
3. Request
Fulfillment
Berhadapan langsung dengan aktivitas pemenuhan terhadap
permintaan pengguna terhadap layanan teknologi informasi. Aktivitas ini perlu
dikelola mengingat jenis-jenis permintaan ada yang bermacam-macam, mulai dari
yang sangat krusial karena sifatnya yang kritikal dan “emergency” hingga yang
sifatnya tidak prioritas. Pastikan perusahaan memiliki mekanisme yang efektif
dalam menjawab kebutuhan dimaksud.
4. Problem Management
Berkaitan langsung dengan kemampuan perusahaan dalam
menangani berbagai isu atau problem lapangan yang terkait dengan layanan
teknologi informasi. Apakah problem yang bersifat teknis, administratif, maupun
operasional, harus ada cara menanganinya secara cepat, akurat, dan efektif.
5. Access Management
Proses untuk memastikan setiap individu, kelompok, dan
unit perusahaan dapat mengakses data dan informasi secara aman serta sesuai
dengan hak/wewenang aksesnya. Dengan demikian, maka data dan informasi yang
dimiliki perusahaan terlindungi pula dari eksposur pihak-pihak yang tidak
berwenang mengaksesnya.
Terdapat
4 (empat) fungsi atau aspek tata kelola yang harus dibangun dalam perimeter
perusahaan, yaitu:
1. Service Desk Function
Suatu fungsi organisasi yang senantiasa siap 24 jam sehari
dan 7 hari seminggu menerima keluhan, masukan, laporan, permohonan bantuan,
pertanyaan, dan layanan lainnya terkait dengan penerapan teknologi informasi.
2. Technical Management Function
Suatu fungsi organisasi yang senantiasa memastikan
berbagai hal teknis terkait dengan operasional teknologi informasi dan
komunikasi berjalan dengan lancar, termasuk memperbaiki dan menangani berbagai
problem lapangan (teknis) yang terjadi.
3. IT Operation Managemnet Function
Suatu fungsi organisasi yang bertanggung jawab terhadap
kelancaran kegiatan layanan teknologi informasi sehari-hari.
4. Application Management Function
Suatu fungsi organisasi yang mengelola aset aplikasi dan
software agar selalu berfungsi seharusnya sebagaimana diinginkan.
Tujuan Service Operation
Tujuan
dari layanan operasi untuk mengatur dan melakukan kegiatan serta proses yang
diperlukan untuk memberikan layanan kepada pengguna bisnis pada tingkat yang disepakati
layanan. Selain itu, layanan operasi bertanggung jawab untuk manajemen
berkelanjutan dari teknologi (infrastruktur dan aplikasi) yang digunakan untuk
menyampaikan dan mendukung layanan.
Layanan Operasi adalah tindakan balancing. Ini
bukan hanya soal melaksanakan proses hari ke hari. Ada dinamis
‘perdebatan’ yang berlangsung pada empat tingkat.
Ini dikenal sebagai “Four Balances of Service
Operation” :
1. Internal IT View
Versus External Business View
Individu atau tim yang bertanggung jawab
untuk menjalankan komponen tertentu mungkin tidak mengerti bagaimana komponen
mereka cocok dengan keseluruhan pengiriman layanan tertentu. Jika sebuah
organisasi terlalu fokus pada eksternal, ada risiko pejanjian akan dibuat
dengan bisnis yang benar – benar tidak tersampaikan karena kurangnya pemahaman
tentang bagaimana bagian-bagian konstituen internal yang perlu untuk
beroperasi. Sebaliknya, sebuah organisasi yang berfokus terlalu internal
cenderung berjuang untuk memahami dan memberikan kebutuhan bisnis.
2. Stability Versus
Responsiveness
Perubahan sering menjadi penyebab
insiden dan hilangnya ketersediaan, sehingga mungkin tergoda untuk membatasi
jumlah perubahan dalam rangka untuk meningkatkan stabilitas layanan. Namun,
perubahan akan selalu dibutuhkan untuk menjaga layanan up to date dan untuk
mengadopsi kebutuhan perkembangan bisnis.
3. Quality of Service versus Cost of Service
Untuk meningkatkan
kualitas layanan IT selagi mengendalikan biaya, tekanan pembiayaan yang intens
dapat berujung pada penurunan tingkat dalam layanan dengan lebih banyak
kegagalan dalam kurangnya dukungan. Disamping itu organisasi yang kehilangan
keseimbangan di sisi lainnya akan banyak membayar untuk layanan yang tidak
dapat dibenarkan. Kuncinya adalah mendapatkan hasil di atas modal, meyakinkan
bahwa bisnis telah sepenuhnya memahami apa yang akan didapat dan apa yang tidak
didapat untuk beberapa jumlah uang dan apa yang didapat jika menghasilkan dana
kurang/lebih.
4. Reactive versus proactive
Organisasi yang kelewat proaktif akan
memprediksikan beberapa hal akan gagal dan melakukan upaya untuk mencegah
situasi. Terlebih lagi organisasi dapat terus-menerus mengganti dan menggunakan
perubahan yang tidak perlu.
Sebaliknya organisasi yang reaktif akan menghabiskan waktuya “melawan api” dan
berurusan dengan situasi yang akan datang dan mereka harus bertindak lebih
banyak untuk “mengatasi api” yang mendekat dan menghadapi kegagalan dan masalah.
Komentar
Posting Komentar